Thursday, January 9, 2014

IKAN BESAR Vs ikan kecil



Belajar arti sabar bisa dari banyak hal yang kita lakukan. Contoh kecilnya, kesabaran seorang manusia yang normal ketika dia harus menunggu sesuatu yang membutuhkan waktu lama tanpa melakukan hal apapun. Sungguh membosankan.
Nah, di postingan terbaru di tahun yang baru kali ini saya mengambil pelajaran sabar dari ikan besar dan ikan kecil. Apa hubungannya coba? Awalnya sih berpikir gak ada benang merahnya, gak ada kaitannya sama sekali. Yang berhubungan keduanya sama-sama ikan, dan ikan besar tentu saja berproses dari ikan kecil. Tapi, aku akan melihat dari sudut pandang yang berbeda. Hehehe.

Kemarin, aku dan mama memancing ikan di kolam belakang rumah untuk tetangga  yang membeli ikan. Tentu saja, ketika memancing kita harus bersabar untuk menunggu ikan menghampiri dan “menyangkutkan” mulutnya ke kail. Tapi, untuk mengumpulkan ikan patin seberat dua kilo gak lama ternyata. Cuma sebentar. Yah, gak nyampelah se-jam-an. Sudah dapat ikannya, langsung dibersihkan, “dibutuhai” bahasa planetnya. Kalau ikan besar, meerutin, potong-potong dan mencucinya gak butuh waktu lama juga kan. Secara ukurannya besar, sudah dipotong-potong pun tetap mudah dibersihkan. Lanjuuut dimasak. Masak asam padeh pulak. Ditinggal pun gak apa-apa sampe airnya hampir kering.

Nah, sekarang kita bandingkan dengan objek yang berbeda. Ikan kecil. Hari ini ayah menjala. Alasannya karna udah lama gak makan ikan sungai kata beliau. Jam setengah tiga sore beliau dan uda pergi ke sungai. Memang, sudah ku tebak. Gak pernah ayah dan uda menjala dengan waktu yang sebentar. Jam 5 lewat dikit baru mereka pulang. Yang di dapat pun, alhamdulillah lumayan. Dari pada lumanyun coba. Hehehe. Sekitar satu setengah kilo yang di dapat ayah. Dari sini aja sudah bisa dilihat, ternyata untuk mendapatkan ikan besar sebanyak dua kilogram hanya butuh waktu tak sampai sejam. Lah ini udah ikannya kecil-kecil, laamaaaa pulak sekitar dua setengah jam, gak ada dua kilogram yang didapat. Sabar, karena sabar yang bisa menenangkan hati :). Menjala itu juga gak semudah mancing lo, udah jalanya berat berkilo-kilo, ngelempar jalanya pun harus berkali-kali. Butuh waktu lama. Gimana coba kalo yang ngelakuin orangnya gak sabaran, mana mungkin mau menjala. Apalagi aku. Ogah. Hahaha.

Sekarang bagian “merutin” ikan yang kecil-kecil. Kalau yang sudah biasa bersihin ikan, pastilah lebih enak dan lebih cepat bersihin ikan yang besar-besar. Lah ini, ikannya cuma selebar dua jariku, malah ada yang lebih kecil. Bersihin ikan besar sebanyak 2 kg gak sampai setengah jam. Tapi, masya Allah bersihin ikan kecil-kecil yg lebih ringan timbangannya butuh kesabaran ekstra. Ya, lagi-lagi kesabaran anda diuji. Seberapa sabar anda tahan digigit nyamuk dan seberapa sabar anda belahi perut-perut kecil itu yang memakan waktu hampir satu jam. Hah. Belum lagi pas nyucinya harus satu-satu biar benar-benar bersih. Sabar. Masaknya lagi gak sebentar, digoreng. Gak bisa sekali cemplung semua, alamat ikannya gak garing. Tapi, bagian ini mama yang ngelakuin. Karena aku harus mengejar magribku. Makasih mama. Hehe. Ikan besar dan ikan kecil pun mampu menjadi guru yang tidak- disangka-sangka. Sejauh mana anda bisa mengambil pelajarannya :).

Kadang-kadang secara tidak sadar, banyak hal-hal kecil yang terbiasa yang mengajarkan kita banyak hal. Gak harus yang terencana. Gak harus yang menarik mata untuk melihat, menarik telinga untuk mendengar, dan menarik hidung untuk mengendus, eh mencium bau. Lingkungan ini luas, dari tubuh kita sendiripun ada arti kesabaran tersendiri. Tubuh kita sabar untuk mengikuti proses tumbuh dan berkembangnya. Gak ada kan bayi yang lahir langsung bisa lari? Jika ada, itu kuasa Tuhan :).

No comments:

Post a Comment