Belajar arti sabar bisa dari
banyak hal yang kita lakukan. Contoh kecilnya, kesabaran seorang manusia yang
normal ketika dia harus menunggu sesuatu yang membutuhkan waktu lama tanpa
melakukan hal apapun. Sungguh membosankan.
Nah, di postingan terbaru di tahun
yang baru kali ini saya mengambil pelajaran sabar dari ikan besar dan ikan
kecil. Apa hubungannya coba? Awalnya sih berpikir gak ada benang merahnya, gak
ada kaitannya sama sekali. Yang berhubungan keduanya sama-sama ikan, dan ikan
besar tentu saja berproses dari ikan kecil. Tapi, aku akan melihat dari sudut
pandang yang berbeda. Hehehe.
Kemarin, aku dan mama memancing
ikan di kolam belakang rumah untuk tetangga
yang membeli ikan. Tentu saja, ketika memancing kita harus bersabar
untuk menunggu ikan menghampiri dan “menyangkutkan” mulutnya ke kail. Tapi,
untuk mengumpulkan ikan patin seberat dua kilo gak lama ternyata. Cuma sebentar.
Yah, gak nyampelah se-jam-an. Sudah dapat ikannya, langsung dibersihkan, “dibutuhai”
bahasa planetnya. Kalau ikan besar, meerutin, potong-potong dan mencucinya gak
butuh waktu lama juga kan. Secara ukurannya besar, sudah dipotong-potong pun
tetap mudah dibersihkan. Lanjuuut dimasak. Masak asam padeh pulak. Ditinggal pun
gak apa-apa sampe airnya hampir kering.
Nah, sekarang kita bandingkan
dengan objek yang berbeda. Ikan kecil. Hari ini ayah menjala. Alasannya karna
udah lama gak makan ikan sungai kata beliau. Jam setengah tiga sore beliau dan
uda pergi ke sungai. Memang, sudah ku tebak. Gak pernah ayah dan uda menjala
dengan waktu yang sebentar. Jam 5 lewat dikit baru mereka pulang. Yang di dapat
pun, alhamdulillah lumayan. Dari pada lumanyun coba. Hehehe. Sekitar satu
setengah kilo yang di dapat ayah. Dari sini aja sudah bisa dilihat, ternyata
untuk mendapatkan ikan besar sebanyak dua kilogram hanya butuh waktu tak sampai
sejam. Lah ini udah ikannya kecil-kecil, laamaaaa pulak sekitar dua setengah
jam, gak ada dua kilogram yang didapat. Sabar, karena sabar yang bisa
menenangkan hati :). Menjala
itu juga gak semudah mancing lo, udah jalanya berat berkilo-kilo, ngelempar
jalanya pun harus berkali-kali. Butuh waktu lama. Gimana coba kalo yang
ngelakuin orangnya gak sabaran, mana mungkin mau menjala. Apalagi aku. Ogah. Hahaha.
Sekarang bagian “merutin” ikan
yang kecil-kecil. Kalau yang sudah biasa bersihin ikan, pastilah lebih enak dan
lebih cepat bersihin ikan yang besar-besar. Lah ini, ikannya cuma selebar dua
jariku, malah ada yang lebih kecil. Bersihin ikan besar sebanyak 2 kg gak
sampai setengah jam. Tapi, masya Allah bersihin ikan kecil-kecil yg lebih
ringan timbangannya butuh kesabaran ekstra. Ya, lagi-lagi kesabaran anda diuji.
Seberapa sabar anda tahan digigit nyamuk dan seberapa sabar anda belahi
perut-perut kecil itu yang memakan waktu hampir satu jam. Hah. Belum lagi pas
nyucinya harus satu-satu biar benar-benar bersih. Sabar. Masaknya lagi gak
sebentar, digoreng. Gak bisa sekali cemplung semua, alamat ikannya gak garing. Tapi,
bagian ini mama yang ngelakuin. Karena aku harus mengejar magribku. Makasih
mama. Hehe. Ikan besar dan ikan kecil pun mampu menjadi guru yang tidak- disangka-sangka.
Sejauh mana anda bisa mengambil pelajarannya :).
Kadang-kadang secara tidak sadar,
banyak hal-hal kecil yang terbiasa yang mengajarkan kita banyak hal. Gak harus
yang terencana. Gak harus yang menarik mata untuk melihat, menarik telinga
untuk mendengar, dan menarik hidung untuk mengendus, eh mencium bau. Lingkungan
ini luas, dari tubuh kita sendiripun ada arti kesabaran tersendiri. Tubuh kita
sabar untuk mengikuti proses tumbuh dan berkembangnya. Gak ada kan bayi yang
lahir langsung bisa lari? Jika ada, itu kuasa Tuhan :).
No comments:
Post a Comment