Wednesday, December 18, 2013

Nasihat Terakhir

Bertemu di empat mata kuliah sudah tentu membuat kami sangat dekat dengan beliau, begitu yang ku lihat. Beliau yang selalu menyebutkan semua nama mahasiswanya ketika mengabsensi. Beliau yang tak pernah berhenti memberikan senyum tulus. Beliaulah guru yang sebenarnya,
guru yang tak pernah berhenti memberikan inspirasi. Tidak pernah ku lupa, setiap memberikan materi beliau selalu menambahkan nasihat di akhir kalimatnya.

“Manusia itu ada empat kategori. Yang pertama manusia yang mau dan mampu. Pada kategori ini, dia memiliki kemauan dan kemampuan untuk menambah dan memperluas ilmu. Kategori pertama adalah manusia yang beruntung dan berhasil. Yang kedua manusia yang mau tetapi tidak mampu. Memiliki kemauan yang tinggi untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya tetapi tidak cukup mampu secara materi untuk mencapainya. Kategori yang kedua ini adalah manusia yang berhasil karena dengan cara-cara yang baik dan bijak, dengan segala upaya dia terus bekerja dan berusaha sehingga akan mampu mencapai apa yang diinginkannya. Manusia yang ketiga adalah manusia yang mampu tapi tidak mau. Pada kategori ini, dia mampu melakukan apa saja yang dia inginkan, tetapi manusia ini tidak mau menambah ilmunya karena merasa sudah puas dengan apa yang dimilikinya. Kategori yang terakhir adalah manusia yang tidak mau dan tidak mampu. Yaitu manusia yang tidak mampu sekaligus tidak memiliki kemauan untuk memperoleh ilmu setinggi-tingginya. Inilah manusia yang paling rugi dan yang paling gagal”

“Anak bapak semua, meskipun ilmu yang kalian peroleh sangat banyak, tetaplah rendah hati. Jangan sombong, dan bagikanlah dengan tulus kepada mereka yang haus akan ilmu.” Suatu nasihat dari beliau di akhir kuliah.

Aku tak sadar bahwa itu adalah kalimat-kalimat terakhir dari beliau. Lelaki yang sudah aku dan teman-temanku anggap sebagai orangtua kami sendiri.

***

Kamis, 28 Juli 2011. Waktu magrib. Setelah azan di masjid berhenti, saatnya sholat magrib dimulai. Tiba-tiba ponselku berbunyi tanda sebuah pesan masuk.  

Teman-teman mohon do’anya. Saat ini Pak Syahrul sedang kritis di RS Islam Arafah.” Satu pesan dari seorang teman sekelasku.

Sontak aku kaget. Aku rasa semua orang yang menerima pesan itu bereaksi sama. Ku niatkan dalam hati bahwa usai sholat kan ku kirim do’a kepada yang Maha Menyembuhkan.

1 Message Received. Baru saja ku menyelesaikan do’aku, pesan itu datang.

Innalillaahi wainna ilaihiroji’un. Telah meninggal Bpk. Syahrul di RS Arafah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan  diterima disisi Allah. Aamiin”

Air mata ini tumpah seketika. Allah yang berkehendak, dan kehendakNya lah yang terbaik. Semoga nasihat-nasihatmu dapat kami wujudkan dimasa sekarang dan nanti yang akan menjadi amal jariahmu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, menerima semua amal kebaikanmu dan Allah memberikan surga tempat kembalimu.

Based on True Story 

No comments:

Post a Comment