Bertemu di empat mata kuliah
sudah tentu membuat kami sangat dekat dengan beliau, begitu yang ku lihat. Beliau
yang selalu menyebutkan semua nama mahasiswanya ketika mengabsensi. Beliau yang
tak pernah berhenti memberikan senyum tulus. Beliaulah guru yang sebenarnya,
guru yang tak pernah berhenti memberikan inspirasi. Tidak pernah ku lupa,
setiap memberikan materi beliau selalu menambahkan nasihat di akhir kalimatnya.
“Manusia itu ada empat kategori.
Yang pertama manusia yang mau dan mampu. Pada kategori ini, dia memiliki
kemauan dan kemampuan untuk menambah dan memperluas ilmu. Kategori pertama
adalah manusia yang beruntung dan berhasil. Yang kedua manusia yang mau tetapi
tidak mampu. Memiliki kemauan yang tinggi untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya
tetapi tidak cukup mampu secara materi untuk mencapainya. Kategori yang kedua
ini adalah manusia yang berhasil karena dengan cara-cara yang baik dan bijak,
dengan segala upaya dia terus bekerja dan berusaha sehingga akan mampu mencapai
apa yang diinginkannya. Manusia yang ketiga adalah manusia yang mampu tapi
tidak mau. Pada kategori ini, dia mampu melakukan apa saja yang dia inginkan,
tetapi manusia ini tidak mau menambah ilmunya karena merasa sudah puas dengan
apa yang dimilikinya. Kategori yang terakhir adalah manusia yang tidak mau dan
tidak mampu. Yaitu manusia yang tidak mampu sekaligus tidak memiliki kemauan
untuk memperoleh ilmu setinggi-tingginya. Inilah manusia yang paling rugi dan
yang paling gagal”
“Anak bapak semua, meskipun ilmu
yang kalian peroleh sangat banyak, tetaplah rendah hati. Jangan sombong, dan
bagikanlah dengan tulus kepada mereka yang haus akan ilmu.” Suatu nasihat dari
beliau di akhir kuliah.
Aku tak sadar bahwa itu adalah
kalimat-kalimat terakhir dari beliau. Lelaki yang sudah aku dan teman-temanku
anggap sebagai orangtua kami sendiri.
***
Kamis, 28 Juli 2011. Waktu magrib.
Setelah azan di masjid berhenti, saatnya sholat magrib dimulai. Tiba-tiba
ponselku berbunyi tanda sebuah pesan masuk.
“Teman-teman mohon do’anya. Saat ini Pak Syahrul sedang kritis di RS
Islam Arafah.” Satu pesan dari seorang teman sekelasku.
Sontak aku kaget. Aku rasa semua
orang yang menerima pesan itu bereaksi sama. Ku niatkan dalam hati bahwa usai
sholat kan ku kirim do’a kepada yang Maha Menyembuhkan.
1 Message Received. Baru saja ku menyelesaikan do’aku, pesan itu
datang.
“Innalillaahi wainna ilaihiroji’un. Telah meninggal Bpk. Syahrul di RS
Arafah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan diterima disisi Allah. Aamiin”
Air mata ini tumpah seketika.
Allah yang berkehendak, dan kehendakNya lah yang terbaik. Semoga
nasihat-nasihatmu dapat kami wujudkan dimasa sekarang dan nanti yang akan
menjadi amal jariahmu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, menerima semua amal
kebaikanmu dan Allah memberikan surga tempat kembalimu.
Based on True Story
No comments:
Post a Comment